Apa itu Social Engineering ?
Pengertian:
Social Engineering adalah sebuah teknik pendekatan yang memanfaatkan aspek-aspek sosial di dunia komputer dan internet. Teknik ini biasanya digunakan untuk mendapatkan data-data pribadi seseorang untuk keperluan yang negatif seperti pencurian rekening bank, pencurian password, pencurian akun-akun tertentu atau kejahatan teknologi yang berpotensi lainnya. Semua hal ini dilakukan oleh para hacker dan sejenisnya. Para hacker memanfaatkan kelemahan suatu sistem yaitu manusia, karena tidak ada sitem di dunia ini yang tidak melibatkan interaksi manusia. Secanggih apapun teknologi internet tetap membutuhkan manusia, kelemahan ini bersifat universal, tidak tergantung platform, sistem informasi, protokol, software ataupun hardware. Intinya, semua sistem memiliki kekurangan yang sama pada satu titik yaitu pada faktor sosial manusia.
Social Engineering ini bisa terjadi karena banyak faktor, diantaranya adalah faktor kecerobohan seorang user dalam mengelola passwordnya atau bisa juga seorang hacker berpura-pura menajdi orang yang berkepentingan dalam sebuah sistem dan seolah-olah memerlukan password, akses ke jaringan, peta jaringan, konfigurasi sistem dan semacamnya untuk suatu keperluan tertentu. Masih banyak faktor-faktor lainnnya yang semua itu merupakan diri manusia itu sendiri.
Contoh lainnya adalah hacker berpura-pura sedang melakukan perbaikan sistem akun perbankan dan mengirimkan informasi itu kepada para nasabah bank. Hacker kemudian memerintahkan memasukkan data-data pribadinya untuk keperluan tersebut. Hacker tentu saja berusaha untuk membuat percaya nasabah bahwa informasi itu benar-benar dari kantor induk bank dengan melampirkan nama dan alamat nasabah sehingga nasabah tertipu. Hackerpun kemudian bisa dengan mudah mendapatkan password atau semacamnya karena nasabahlah yang menuliskannya sendiri.
Social Engineering adalah sebuah teknik pendekatan yang memanfaatkan aspek-aspek sosial di dunia komputer dan internet. Teknik ini biasanya digunakan untuk mendapatkan data-data pribadi seseorang untuk keperluan yang negatif seperti pencurian rekening bank, pencurian password, pencurian akun-akun tertentu atau kejahatan teknologi yang berpotensi lainnya. Semua hal ini dilakukan oleh para hacker dan sejenisnya. Para hacker memanfaatkan kelemahan suatu sistem yaitu manusia, karena tidak ada sitem di dunia ini yang tidak melibatkan interaksi manusia. Secanggih apapun teknologi internet tetap membutuhkan manusia, kelemahan ini bersifat universal, tidak tergantung platform, sistem informasi, protokol, software ataupun hardware. Intinya, semua sistem memiliki kekurangan yang sama pada satu titik yaitu pada faktor sosial manusia.
Social Engineering ini bisa terjadi karena banyak faktor, diantaranya adalah faktor kecerobohan seorang user dalam mengelola passwordnya atau bisa juga seorang hacker berpura-pura menajdi orang yang berkepentingan dalam sebuah sistem dan seolah-olah memerlukan password, akses ke jaringan, peta jaringan, konfigurasi sistem dan semacamnya untuk suatu keperluan tertentu. Masih banyak faktor-faktor lainnnya yang semua itu merupakan diri manusia itu sendiri.
Contoh lainnya adalah hacker berpura-pura sedang melakukan perbaikan sistem akun perbankan dan mengirimkan informasi itu kepada para nasabah bank. Hacker kemudian memerintahkan memasukkan data-data pribadinya untuk keperluan tersebut. Hacker tentu saja berusaha untuk membuat percaya nasabah bahwa informasi itu benar-benar dari kantor induk bank dengan melampirkan nama dan alamat nasabah sehingga nasabah tertipu. Hackerpun kemudian bisa dengan mudah mendapatkan password atau semacamnya karena nasabahlah yang menuliskannya sendiri.
Metode Social Engineering:
Dalam dunia Social Engineering ada dua metode yang digunakan pelaku,
yaitu: berbasis interaksi sosial dan berbasis interaksi Komputer.
Adapun metode yang berbasis interaksi sosial dapat diilustrasikan
dari kisah Master Social Engineering yang melegenda yaitu Kevin Mitnick,
cerita yang dikisahkan Mitnick sendiri pada sebuah forum online Slasdot.org. berikut Ceritanya:
“Pada satu kesempatan, saya ditantang oleh seorang teman untuk
mendapatkan nomor (telepon) Sprint Foncard-nya. Ia mengatakan akan
membelikan makan malam jika saya bisa mendapatkan nomor itu. Saya tidak
akan menolak makan enak, jadi saya berusaha dengan menghubungi Customer
Service dan perpura-pura sebagai seorang dari bagian teknologi
informasi. Saya tanyakan pada petugas yang menjawab apakah ia mengalami
kesulitan pada sitem yang digunakan. Ia bilang tidak, saya tanyakan
sistem yang digunakan untuk mengakses data pelanggan, saya berpura-pura
ingin memverifikasi. Ia menyebutkan nama sistemnya.”
“Setelah itu saya kembali menelepon Costumer Service dan
dihubungkan dengan petugas yang berbeda. Saya bilang bahwa komputer saya
rusak dan saya ingin melihat data seorang pelanggan. Ia mengatakan data
itu sudah berjibun pertanyaan. Siapa nama anda? Anda kerja buat siapa?
Alamat anda dimana? Yah, seperti itulah. Karena saya kurang riset, saya
mengarang nama dan tempat saja. Gagal. Ia bilang akan melaporkan
telepon-telepon ini pada keamanan.”
“Karena saya mencatat namanya, saya membawa seorang teman dan
memberitahukannya tentang situasi yang terjadi. Saya meminta teman itu
untuk menyamar sebagai ‘penyelidik keamanan’ untuk mencatat laporan dari
petugas Customer Service dan berbicara dengan petugas tadi. Sebagai
‘penyelidik’ ia mengatakan menerima laporan adanya orang berusaha
mendapatkan informasi pribadinya pelanggan. Setelah tanya jawab soal
telepon tadi, ‘penyelidik menanyakan apa informasi yang diminta
penelepon tadi. Petugas itu bilang nomor Foncard. ‘penyelidik’ bertanya,
memang berapa nomornya? Dan petugas itu memberikan nomornya. Oops.
Kasus selesai.”
Selanjutnya, Metode yang berbasis interaksi komputer yaitu teknik phising melalui e-mail, SMS, dan Pop up windows.
Setelah membaca penjelasan diatas , lalu bagaimana solusi supaya
terhindar dari kejahatan Social Engineering? Ini dia Tips bagi pembaca
untuk menghindari kejahatan Social Engineering:
1. Selalu Hati-hati, jikalau bertemu dengan yang baru dikenal
jangan asal percaya, dan jangan langsung membagi informasi pribadi
begitu saja.
2. Belajar dari pengalaman orang lain, baik melalui buku, internet, acara tekevisi, dll.
3. Pelatihan dan sosialisasi dari perusahaan ke karyawan dan
unit-unit terkait mengenai pentingnya mengelola keamanan informasi
melalui berbagai cara dan kiat.
4. Organisasi atau perusahaan mengeluarkan sebuah buku saku berisi
panduan mengamankan informasi yang mudah dimengerti dan diterapkan oleh
pegawainya untuk mengurangi insiden-insiden yang tidak diinginkan.
Post a Comment